pendahuluan
Pariwisata merupakan salah satu aktivitas kota yang sangat mendukung dalam perkembangan kota, baik dari segi ”perkenalan” terhadap daerah lain dan juga bisa menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah. Suatu daerah bisa menjadi dikenal orang banyak karena adanya objek wisata yang ada di daerah tersebut dan ketika orang-orang datang mengunjunginya maka ada pendapatan yang masuk secara langsung dan tidak langsung ke kas daerah karena efek multiflier yang tercipta sangat besar.
Ada beberapa pendapat mengenai definisi pariwisata dan terkadang tidak ada kesepakatan akan hal tersebut, antara lain :
Tempat yang dituju oleh wisatawan bisa bermacam-macam, mulai dari wisata bahari, wisata gunung, wisata pertanian dan lain-lain. Tempat-tempat tersebut menjadi suatu objek dimana objek tersebut kemudian dideliniasi sedemikian rupa sehingga kita juga mengenal istilah kawasan pariwisata.
Arti dari Kawasan pariwisata itu sendiri adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata (UU RI No. 9, 1990 : 2). Menurut Depparpostel (waktu itu) kawasan pariwisata adalah suatu lahan dengan batas tertentu, yang sebagian atau seluruhnya diperuntukkan bagi pengembangan dan atau telah memiliki kelengkapan prasarana dan sarana pariwisata serta sistem pengelolaannya (Depparpostel, 1990 : 1). Sedangkan objek wisata adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, sejarah bangsa, keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan (A. Hari Karyono, 1997 : 27).
Dilihat dari sisi penyediaannya, pariwisata terdiri dari empat komponen yaitu (Clare A. G, 1979 ; 69):
Untuk lebih jelasnya pendapat para pakar pariwisata mengenai faktor pembentuk daya tarik wisata dapat dilihat pada table di bawah ini.
Faktor Pembentuk Daya Tarik Wisata
Menurut Para Pakar Pariwisata
o | Pakar Pariwisata | Faktor Daya Tarik |
1 | Douglas G. Pearce | Aktraksi wisata, transportasi, akomodasi, fasilitas dan prasarana |
2 | Robinson | Cuaca, pemandangan, fasilitas, sejarah dan budaya, aksesibilitas dan akomodasi |
3 | Robert W. Mc Intosh | Sumber alam, prasarana, transportasi dan perlengkapannya, sarana dan keramah tamahan |
4 | Charles Gearing | Alam, sosial budaya, sejarah dan fasilitas rekreasi |
Sumber : Rangkuman dari berbagai sumber
a. Cultural Tourism, yaitu jenis pariwisata, dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni budaya suatu tempat atau daerah. Dalam hal ini, obyek yang daya tariknya bersumber pada kebudayaan, seperti peninggalan sejarah, museum, atraksi kesenian, dan obyek lain yang berkaitan dengan budaya. Jadi, obyek kunjungannya adalah warisan nenek moyang, benda-benda kuno.
b. Recuperriational Tourism, biasanya disebut sebagai pariwisata kesehatan. Tujuan daripada orang-orang untuk melakukan perjalanan adalah untuk menyembuhkan suatu penyakit dengan kegiatan seperti mandi di sumber air panas, mandi di lumpur atau mandi susu di Eropa, mandi kopi di Jepang yang katanya membuat orang menjadi awet muda.
c. Commercial Tourism, disebut sebagai pariwisata perdagangan, karena perjalanan wisata dikaitkan dengan kegiatan perdagangan baik nasional maupun internasional, dimana sering diadakan kegiatan pameran, seminar, dan lain-lain.
d. Sport Tourism, biasanya disebut dengan istilah pariwisata olahraga. Yang dimaksud dengan jenis pariwisata ini ialah perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olahraga di suatu tempat atau negara tertentu. Seperti Olympiade, All England, pertandingan tinju atau sepakbola.
e. Political Tourism, biasanya disebut sebagai pariwisata politik, yaitu suatu perjalanan yang tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara, apakah ulang tahun atau peringatan tertentu. Seperti, Parade 1 Mei di Tiongkok atau 1 Oktober di Rusia.
f. Social Tourism, pariwisata sosial jangan hendaknya diasosiasikan sebagai suatu peristiwa yang berdiri sendiri. Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya saja yang tidak menekankan untuk mencari keuntungan, seperti misalnya Study Tour, Picnic atau Youth Tourism yang sekarang kita kenal dengan Pariwisata Remaja.
g. Religion Tourism, yaitu jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan. Seperti, misalnya ikut naik Haji Umroh bagi orang yang beragama Islam, kunjungan ke Lourdes bagi orang beragama Katolik, ke Muntilan yang merupakan pusat pengembangan agama Kristen di Jawa Tengah, atau agama Hindu-Bali di Sakenan Bali.
Dalam mengelola kepariwisataan, harus ada langkah-langkah yang harus ditempuh guna menuju suatu manajemen pariwiata yang ideal. Manajemen tersebut tersusun sehingga membentuk struktur yang melubatkan banyak pihak. Pariwisata tidak bisa dibiarkan begitu saja karena konsep pengembangan pariwisata tidak jauh berbeda dengan konsep pengembangan wilayah dan kota karena jangan sampai timbul kekacauan-kekacauan dalam tatanan perkembangan fisik maupun sosial ekonomi dan budayanya.
Terdapat 3 (tiga) elemen penting yang menjadi pembentuk struktur pendukung pariwisata, yaitu :
3. Permintaan ditinjau dari harus adanya respon pasar.
Selain keunikan yang bernilai tinggi perlu diperhatikan kelengkapan prasarana dan sarana wisata pada obyek wisata. Prasarana adalah fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya sedangkan sarana kepariwisataan adalah sarana-sarana yang memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya banyak tergantung pada kedatangan wisatawan. Untuk lebih jelasnya pendapat para ahli mengenai jenis prasarana dan sarana pariwisata dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Jenis Prasarana dan Sarana Menurut Para Ahli
No | Lothar A. Krack | Salah Wahab | Oka A. Yoeti |
1 | Prasarana a. Prasarana perekonomian · Pengangkutan · Prasarana komunikasi · Utilitas · Sistem perbankan b. Prasarana sosial · Sistem pendidikan · Pelayanan kesehatan · Faktor keamanan · Petugas | Prasarana a. Prasarana umum b. Kebutuhan c. Prasarana kepariwisataan · Receptive tourist plant · Residential tourist plant · Recreative and sportive plant | |
2 | | | Sarana a. Sarana pokok kepariwisataan b. Sarana pelengkap kepariwistaan c. Sarana penunjang kepariwisataan |
Sumber : Rangkuman dari berbagai sumber
1. Prasarana Perekonomian:
a. Pengangkutan
Pengangkutan yang dapat membawa para wisatawan dari negara ia biasanya tinggal, ke tempat atau negara yang merupakan daerah tujuan wisata. Prasarana pengangkutan ini meliputi bus, taksi, kereta api, kapal laut dan kapal udara.
b. Prasarana komunikasi
Dengan tersedianya prasarana komunikasi akan dapat mendorong para wisatawan tidak akan ragu-ragu meninggalkan rumah dan anak-anaknya, karena tersedianya prasarana komunikasi di negara yang dikunjungi. Yang termasuk kelompok ini adalah radio, televisi, telepon, dan surat kabar.
c. Kelompok yang termasuk "Utilities"
Meliputi persediaan air minum, listrik, sumber energi, dan sistem irigasi.
d. Sistem perbankan
Yang termasuk kelompok ini adalah bank dan money changer.
2. Prasarana Sosial
a. Sistem Pendidikan
Adanya lembaga-lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri dalam pendidikan kepariwisataan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan tidak hanya pelayanan bagi para wisatawan, tetapi juga untuk memelihara dan mengawasi suatu badan usaha yang bergerak dalam kepariwisataan.
b. Pelayanan Kesehatan
Apabila wisatawan yang menginap di suatu hotel, sebaiknya tersedia pelayanan kesehatan untuk pertolongan pertama bila ada yang sakit. Oleh karena itu di daerah tujuan wisata perlu tersedia pelayanan kesehatan.
c. Faktor Keamanan
Perasaan tidak aman dapat terjadi di suatu tempat yang baru saja dikunjungi. Perasaan ini timbul karena:
§ Seringnya terjadi pencopetan, penjambretan, penodongan selama dalam perjalanan atau di tempat yang dikunjungi
§ Seringnya terjadi pencurian di hotel di mana ia menginap.
d. Petugas yang melayani wisatawan
Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah petugas migrasi, petugas bea dan cukai, petugas kesehatan, polisi dan petugas-petugas lain yang berkaitan dengan pelayanan wisatawan.
Menurut Profesor Salah Wahab dalam bukunya Tourism Management (Oka A. Yoeti, 1985:178) membagi prasarana atas tiga bagian:
1. Prasarana Umum
Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak yang pengadaannya bertujuan untuk membantu kelancaran roda perekonomian. Meliputi pembangkit tenaga listrik, sistem jaringan jalan, telekomunikasi, dan sistem penyediaan air bersih.
2. Kebutuhan masyarakat banyak
Prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak. Termasuk ke dalam RS, apotik, bank, dan kantor.
3. Prasarana Kepariwisataan
a. Receptive Tourist Plan
Yaitu segala bentuk badan usaha atau organisasi yang kegiatannya khusus untuk mempersiapkan kedatangan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata. Seperti : travel agent, tour operator, dan Tourist Information Centre.
b. Residential Tourist Plant
Yaitu semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para wisatawan untuk menginap dan tinggal untuk sementara waktu. Seperti : hotel, motel, dan rumah makan.
c. Recreative and Sportive Plant
Yaitu semua fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan rekreasi dan olahraga. Seperti : fasilitas main golf, main ski, dan kolam renang.
Hubungan antara semua keterkaitan tersebut merupakan hubungan yang sangat dinamis, artinya antara satu dengan yang lain dapat mempengaruhi.
Wisata Bandungan
Bandungan adalah sebuah kecamatan pemekaran dari Ambarawa, Bawean dan Jambu. Kecamatan Bandungan mulai terbentuk dan diresmikan pada Bulan Januari 2007 dan terdiri dari 1 kelurahan dan 9 desa. Objek-objek wisata di Kecamatan Bandungan tidak berada di 1 tempat tetapi menyebar sesuai dengan karakternya masing-masing.
Apabila kita memasuki Kecamatan Bandungan dari arah Ungaran, maka objek wisata yang pertama kita temui adalah Mess Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Mess ini menyediakan tempat bermainan anak-anak, tanaman hias, taman santai, kolam renang dan tentu saja penginapan. Pengunjung mess ini dalam 1 bulan rata-rata mencapai 400 orang dan tempat ini dijaga oleh beberapa petugas PJKA yang terdiri dari petugas loket (gerbang masuk), petugas administrasi mess dan petugas kolam renang.
Kemudian, tidak seberapa jauh dari mess tersebut terdapat sebuah pasar yang dikenal dengan nama Pasar Jetis. Pasar ini didirikan pada 10 Juni 2001. Pasar ini merupakan pasar sentra untuk jenis sayuran, buah-buahan dan juga bunga potong yang ada di Jawa Tengah. Sayuran dan buah-buahan kebanyakan dipasok dari luar Kecamatan Bandungan dan ada juga yang berasal dari kecamatan itu sendiri dan penjualannya sampai ke Yogyakarta dan Jawa Barat. Sedangkan jual beli bunga potong cuma buka pada Hari Selasa dan Jumat dimana pemasok bunga potong kebanyakan dari kecamatan itu sendiri dan juga daerah-daerah sekitarnya. Ada yang unik dari keberadaan pasar ini, yaitu sistim perkulian yang ada. Para kuli ini mempunyai kartu anggota yang dikeluarkan oleh Serikat Pekerja Buruh Indonesia Pasar Jetis Kabupaten Semarang. Ada 2 macam kuli yang bekerja di pasar ini yaitu kuli panggul yang berjumlah 75 orang, bertugas mengangkat sayuran dari mobil sayuran yang datang ke pembeli dengan upah Rp. 1.000,- per bakul dengan rata-rata pendapatan sehari mencapai Rp. 150.000,- dan kuli perpah yang berjumlah 90 orang, bertugas mengangkut bakul sayuran dari pedagang/pembeli pertama ke motor/mobil/pembeli kedua dengan upah Rp. 750,- per bakul dengan rata-rata pendapatan sehari mencapai Rp. 100.000,-. Para kuli tersebut tidak bertambah dan juga tidak berkurang karena sistem rekruitmen dipakai melalui pendaftaran dan tes yang dilakukan oleh serikat tersebut. Pergantian buruh hanya terjadi apabila ada yang sakit dan mengundurkan diri sehingga jumlah tetap seperti keadaan semula.
Selanjutnya, sepanjang jalan dari pasar menuju ke arah Barat Daya terdapat kebun-kebun penangkaran bunga, baik bunga potong maupun aneka bunga lainnya. Kelompok usaha ini kebanyakan berada di Desa Jetis. Rata-rata jenis tanaman yang dibudidayakan sebanyak 150 jenis yang siap dijual dari berbagai macam umur. Pola pemasarannya juga bermacam-macam, dari mulai partai besar untuk lansekap perkantoran maupun partai kecil yang melayani kebutuhan rumahan. Pasar mereka tidak hanya untuk daerah kota dan kabupaten yang ada di sekitar Kecamatan Bandungan tetapi sampai ke daerah Yogyakarta dan Solo. Kebanyakan dari jenis usaha ini merupakan swasta murni tetapi tetap dibawah asuhan Dinas Pertanian Kabupaten Semarang, walaupun tidak ada pungutan atau retribusi dari pemerintah daerah tersebut karena pengusaha Cuma cukup memiliki izin.
Kemudian setelah melewati beberapa penangkaran bunga (nursery), dengan mengikuti arah jalan yang beraspal dan cukup lebar (untuk ukuran mobil yang berhadapan), terdapat objek wisata yang dikenal dengan Candi Songo. Tidak diketahui jelas asal muasal keberadaan candi-candi kecil yang berjumlah 9 (sembilan) ini tetapi keberadaannya menyebar pada kawasan hutan lindung dan hutan wisata. Terdapat pola “sharing” untuk pengelolaan objek wisata ini, yaitu wisata candi dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, wisata hutan dan perkemahan yang dikelola oleh Perhutani Wilayah Jawa Tengah serta peran serta masyarakat dalam penyediaan kos-kosan, toilet umum, warung makan, parkir dan jasa rekreasi berkuda. Letak antara 1 candi dengan candi lainnya lumayan jauh dengan waktu tempuh rata-rata 10-15 menit dengan berjalan kaki dan bisa dilayani oleh kuda-kuda yang disediakan oleh penduduk dengan harga sewa Rp. 50.000,- untuk mengelilingi semua candi. Jumlah pengunjung untuk objek wisata ini pada hari libur biasa mencapai 1.000 orang dengan harga tiket masuk Rp. 5.000,- kecuali pada hari-hari besar atau hari libur panjang yang mencapai 1.500 pengunjung dan tiket masuk yang dikenakan sebesar Rp. 6.000,-.
Kemudian dari pada itu semua, sepanjang jalan mulai dari sebelum dijumpai Mess PJKA sampai dengan sekitar pintu gerbang Candi Songo, banyak dijumpai kosa-kosan dan juga penginapan serta hotel. Sampai dengan Febuari 2008, jumlah kosa-kosan dan penginapan sebanyak 18 titik lokasi. Kos-kosan ini dihuni oleh orang-orang yang bekerja pada hotel, perdagangan dan juga wanita binaan (pelayan hotel). Sedangkan jumlah hotel sampai periode yang sama mencapai 109 buah dengan pelayanan bermacam-macam.
Selain itu juga, di Kecamatan Bandungan terdapat beberapa industri rumah tangga yang menghasilkan produk tempe, susu kedelai dan wajid. Tidak diketahui jelas pamsaran hasil industri rumah tangga tersebut, tetapi informasi yang diterima hanya keberadaan wajid yang merupakan makanan khas daerah tersebut.
Penyediaan fasilitas lainnya adalah pelayanan air bersih yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Semarang dengan sumber air berasal dari pegununungan yang ada disekitar daerah tersebut.
Pembahasan & Analisis Sementara
Dengan keberadaan jalan yang memadai, pintu masuk ke Kecamatan Bandungan bukan hanya dari daerah Ungaran, tetapi juga dari arah Ambarawa dan dari arah Magelang. Untuk pencapaian tersebut terdapat beberapa alternatif seperti angkutan desa dan juga ojek. Adanya beberapa alternatif tersebut membuat Kecamatan Bandungan untuk sementara mempunyai akses yang cukup tinggi (karena belum ada perhitungan secara nyata).
engan akses seperti itu, maka sebenarnya keberadan objek-objek wisata tersebut sangat memungkinkan untuk dikelola dan mempunyai rasa optimistis tinggi untuk maju lebih berkembang. Kecamatan Bandungan dapat menjadi pusat pertumbuhan baru apabila adanya intervensi lebih lajut baik dari kebijakan maupun pendanaan asal adanya kontrol yang sangat cermat seperti pengendalian bangunan dan pengendalian sosial budaya.
Akses Jalan menuju Bandungan
Dari beberapa pendapat para ahli yang telah dibahas sebelumnya di pada bagian awal deskripsi ini, terdapat beberapa fasilitas yang belum ditemukan di daerah tersebut, antara lain fasilitas rumah sakit, bank, tour operator dan lain sebagainya. Artinya disini, wisata bandungan masih tumbuh dan berkembang seadanya tanpa ada “masterplan”.
Ditinjau dari segi manajemen pelaku yang masih terkesan seadanya ini (walaupun terdapat pelayanan satu atap pada kantor kecamatan yang melayani perikanan, peternakan, tanaman pangan, tanaman perkebunan, sosial, KB dan pengembangan usaha kecil dan menengah), pelayanan juga masih terlihat sederhana dan “tradisonal” sehingga sumber daya manusia sebagai pelaku dan pelayan masih mengandalkan orang-orang yang dibina untuk pengelolaan tertentu. Sejauh manakah manajemen sumber daya manusia dapat dikenali dapat dilihat pada tabulasi data sementara dihalaman berikutnya.
Kesimpulan
Tahapan yang harus dilaksanakan dalam pengembangan yang lebih ke arah profesioanl dapat dilakukan dengan :
a. Identifikasi dan Deskripsi lebih mendalam tentang daya tarik wisata yang ada.
b. Matrik Evaluasi penilaian objek dan daya tarik wisata.
Hal ini dilakukan dalam rangka pencapaian kesuksesan pengembangan pariwisata di Bandungan, termasuk didalamnya adalah kelayakan dalam pengembangan lembaga-lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri dalam pendidikan kepariwisataan. Hal ini merupakan suatu usaha untuk meningkatkan tidak hanya pelayanan bagi para wisatawan, tetapi juga untuk memelihara dan mengawasi suatu badan usaha yang bergerak dalam kepariwisataan.
Manajemen pariwisata yang dituju adalah manajemen profesional dimana harus mengutaman manajemen yang berbasis lingkungan. Manajemen yang berbasis lingkungan terdiri dari :
1. Menuju pembangunan berkelanjutan
2. Analisis dampak lingkungan
3. Daya dukung Lingkungan
§ Fisik
§ Ekologis
§ Sosial
4. Batas ambang atau toleransi status lingkungan
Tabulasi Sementara
Sumber Daya Manusia Yang Terlibat Dalam Pariwisata Bandungan
Jenis Objek Wisata | Hotel/Penginapan/ Kos-kosan | Mess PJKA | Pasar | Penangkaran Bunga | | Lainnya Oleh Penduduk Yang Berdiri Sendiri |
Candi Songo | ||||||
Deskripsi | | |||||
Fasilitas | Kamar, Kolam Renang, Mandi Uap, Meeting Room, Restoran | Tempat bermain anak-anak, tanaman hias, taman, kamar & kolam renang. | Toko, Kios, Pelataran, Koperasi, Jasa Kuli, Warung Makan, Toilet Umum, Wartel, Mushola | Area parkir muatan barang | Jasa kuda, Toilet Umum, Mushola, Bumi Perkemahan, Warung Makan, Pemandian | Pemancingan, Rumah Makan, Ojeg, Angkutan Desa, Parkir |
Jumlah Pengunjung/Bln | 20 – 40 org | 400 org | Tak Terhingga | 50 – 60 org | 1.000 – 1500 | 40 – 60 |
Harga Tiket Masuk (Rp.) | 30.000 – 150.000 | 5.000 | - | - | 5.000 dan 6.000 | Tidak ada tiket masuk tetapi dihitung dari /Kg ikan yang didapat |
Omzet Rata-rata Per Bulan | 3 juta – 24 juta | 2 juta | § Pasar (tidak ada data) § Kuli Panggul 3 jt – 4,5 jt § Kuli perpah rata-rata 3 jt | § Pemilik 500.000 – 5 jt § Pegawai 300.000 – 500.000 | 5 jt – 9 jt | 800.000 – 1,2 jt |
Bersambung... | | | | | | |
...... sambungan | | | | | | |
SDM Yang Tersedia | § Hotel Manager, Roomboy, Pramusaji, Cook Semua ± 15 org § Penginapan Roomboy, semua ± 4 org § Kos-kosan Tidak ada | § 10 orang, terdiri dari petugas kebersihan 5 org, loket 1 org, kantor 3 org & kolam renang 1 org | § Petugas Pasar sebanyak 11 org § Kuli Panggul sebanyak 75 org § Kuli perpah sebanyak 90 org | 6 – 12 org | Petugas pengelola dilapangan berasal dari Dinas Pariwisata Kab. Semarang § Adm 4 org § Kebersihan 2 org § Kemananan 2 org Penyedia jasa lainnya penduduk sekitar | 2 org petugas jaga dan pemandu |
Kualifikasi SDM | § Hotel S1 2 org, D3 3 org, SMA/SMK 5 org, SMP 5 org § Penginapan 4 org SMA § Kos-kosan Tidak ada | Pendidikan D3 2 org, SMA 3 org, SMP 3 org, SD 2 org | § Petugas Pasar SMA 7 org, SMP 2 org, SD 2 org § Kuli Panggul SMA 15 org, SD – SMP 60 § Kuli perpah SMA 15 org, SD – SMP 75 org | SD dan SMP | SMA 2 org SMK Bisnis 2 org SMP 2 org SD 2 org | SD - SMP |
Pengelola | Swasta | PJKA | UPT Pasar Jetis, Dinas Pendapatan dan Keuangan Daerah Kabupaten Semarang | Swasta / Pribadi | 1. Dinas pariwisata Kab. Semarang 2. Perhutani Jateng 3. Penduduk setempat | Swasta / Pribadi |
Sumber : Hasil Survey dan Analisa Sementara |
Saran & Rekomendasi
Pola fikir yang berkembang adalah ketika akan maju menuju arah profesionalisme akan terbentuk suatu wacana perubahan status sosial dalam masyarakat terlepas berapa banyak yang menerima dan menolak. Ketika tidak ada atau tidak ingin adanya perubahan untuk maju atau menjadi lebih baik adalah menerima apa adanya dan siap dengan pergesekan sosial.
Untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi atau katakanlah hitungan terhadap untung dan rugi adalah sesuatu yang lumrah. Begitu juga dengan pengembangan pariwisata di Bandungan. Hal-hal yang harus dilakukan adalah :
1. Dasar-dasar pertimbangan pengembangan kepariwisataan di Bandungan
2. Adanya konsep pengembangan pariwisata Bandungan yang jelas dan terencana.
Ketika wacana dan rasa optimisme pengembangan pariwisata ingin lebih berkembang artinya pemerintah daerah juga harus menyiapkan tenaga kerja yang terampil di bidang kepariwisataan tersebut tetapi pertanyaannya, sejauh mana pariwisata Bandungan akan berkembang menjadi sebuah industri dan bentuk tenaga terampil seperti apa yang akan disiapkan, jangan sampai para tenaga terampil yang disediakan menjadi angka pertambahan pengangguran yang ada di Jawa tengah umumnya dan Kabupaten Semarang khususnya, seperti gambar yang ada di bawah ini, yang mencerminkan ketika tumbuh tidak bersamaan dan mekar (tumbuh) bersamaan dengan yang lainnya.
“Diantara bunga ada yang berkembang lebih cepat tanpa lihat kiri kanan, diantara 2 bunga terjadi yang sama tetapi di 1 bunga tumbuh kelopak secara bersamaan”
4 komentar:
test
Tlg ya jelasin knp sarana pokok kepariwisataan dsebut jg receptive tourist plant, dan apa hubngnnya dg residential tourist plant, skalian kasih contohnya jg ya.. Plis bgt pnjelasannya di email ke cryptologirl@gmail.com, makasih..(klo bs scepatx y)
Jelasin sama saia knp sarana pnunjng kpriwisataan tiap DTW sbaiknya berbeda stiap daerah, berikn contohnya..
Jelasin jg ya knp sarana pelengkap kpariwisataan lbh dkenal dg recreative and supportive plant, n kasih contoh, truz jg apa fungsinya
Posting Komentar